Meyambut 102 Tahun Ngkalongan
Edan ah.... nganggo Ulang Tahun mbarang
Top Markotop - Sakpore
Kang Jasir (Jowo Pesisir)
Kambek Mas Jaman (Jowo Pedalaman)
Kalau kita kojahan tentang masyarakat Jowo, assosiasi kita ya masyarakat yang tinggal diPulau Jowo yang membentang dari Anyer sampai Banyuwangi. Tapi masyarakat yg menghuni di Planet Jowo tidak semuanya mau disebut Wong Jowo.
Orang Serang atau Tangerang, menyebut dirinya wong Banten. Orang Ciledug atau Meruya Jakarta, tidak mau disebut Wong Jowo, dia bilang, Orang Betawi..
Apalagi orang2 Jawa Barat, disebut Sunda. Secara sosisologis dan antropologis ya memang begitu . Yang mau nyebut dirinya Wong Jowo, hanya orang2 Jawa Tengah, Jogya, Solo ,
Tentang Wong Jowo Jawa Tengah, Jogja dan Solo, biasanya persepsinya menjadi bias,.
Masyarakat di Jawa Tengah dan DIY digeneralisir seluruhnya Wong Jowo. Sehingga pernik2 budayanya dianggap tunggal. Contoh dalam upacara kawinan,. Wong Ngkalongan. ,(karena dianggap Wong Jowo ) kalau mantenan, ya mengikuti seremoni budaya Jogja atau Solo, yang dianggap sebagai pusatnya budaya Jowo. Ya pakai cucuk lampah, pakiannya mempelainya busono kraton bahkan adicoronya pakai boso yang tirik2, padahal ora reti artine.
Secara etnologis dan budaya, Jowo Jawa Tengah dan DIY itu dapat digolongkan menjadi dua entitas, yaitu Jowo Pesisir dan Jowo Pedalaman.
Yang pesisir, yang mendiami wilayah Pantura (antara lain Wong NgKalongan), disebut KANG JASIR (Jowo Pesisir) dan yang pedalaman –jauh dari pesisir -, seperti Solo, Jogja dan daerah2 sekitarnya, Bantul, Wates, Kulon Progo, Sragen, Karanganyar dlsb. disebut MAS JAMAN ( Jowo Pedalaman). Sudah barang tentu pernik2 budayanya jauh berbeda.
Kang Jasir karena jauh dari Pusat Kraton, biasanya punya sikap egaliter. Semuanya sama, tidak ada batas, tidak ada unggah-ungguh. Lebih demokratis, terbuka. Semuanya sama, yang beda hanya kwalitas taqwanya dihadapan Kanjeng Gusti Alloh .
Beda dengan Mas Jaman, karena dekat dengan pusat kekuasaan Kraton, orang2nya lebih memperhatikan sopan santun, unggah ungguh , bahkan dalam pergaulan sehari2nya, menggunakan boso kromo yang tirik2 itu. Sebagaimana ketika mereka menghormati Rajanya. Oleh karena itu, kita harus maklum kalau Mas Jaman kadang2 “godeg2” lihat tingkah laku Kang Jasir dalam pergaulan sehari2. Ora nganggo totokromo. Sakpenake dewe !. Maklum karena -ya itu tadi- Mas Jaman terbiasa hidup teratur, penuh sopan santun ……. Injih…..monggo….. nuwun sewu…Jadi Mas Jaman, jangan kaget kalau Kang Jasir Ngkalongan suka ngobral kata2 : edan, raimu, gebleg ! Kata2 ini merupakan ekspresi kehangatan dan kelezatan pergaulan dan persaudaraan.
Jangankan dengan sesame kawan, Kang Jasir Ngkajangan kalau omong sama orang tuanya , ya biasa saja. Lempengan , ngga pake boso2 kromo yang tidak difahaminya .
Entres dan enjoy saja.Ya saking egaliternya. Boso kromo dianggap Boso Ketoprak.
Waktu dulu saya Nyantri di UGM Jogja, pesan Bapak saya antik “ Le kowe tak sekolaheke nang Gajah Mada Jogja kuwi ben pinter, . dudu ben dadi pemain Ketoprak " Jawab saya: “ paham.. paham Pak, ojo kuwatir beres ….. !“ Biasanya dengan jawaban begitu, sangune mesti ditambah….. ha..ha…
Oleh karena itu kalau Kang2 Jasir, mau mantu anake, yo mustinya pakai budayanya sendiri. (budaya khas Ngkalongan ) Mantennya lanang pakiannya model Baju Koko, kopiah Hitam Hasan Sukur, sarung batik osli Ngkalongan. Begitu juga manten perempuannya, pakai kerudung / jilbab, dan jarik batik osli Pekalongan.ditambah nganggo tesmak (kocomoto) ireng , ben tambah afdol. Iring-2an mantennya waktu mau dipertemukan, pakai terbang kencer Bring.. tong….bring….tong2… bring….. !
Pengatur acaranya ya pakai bosone Kang Jasir Ngkalongan :
”….. Sedulur2 kabeh… alkhamdulillah …. Kowe kabeh biso teko nang resepsi iki, berarti nglegakke. Aku minangko wakil kadek Sohibaul Bait, matur nuwun yang banyak. Resepsi mantenan iki , yo kuwi, resepsi mantenan anake Pak Kaji Djupri sing arane : Moh. Iqbal melawan anake Pak Kaji Dullah sing arane Siti Markonah……… “
Bring…tong2….bring…. Salatulloh Salamulloh …….” Suarane terbang kencer Njayan Buaran."
Selamat Ulang Tahun Ngkalongan