Sunday, January 13, 2008





Rame2 Soal Pak MODIN

"Bonggan Kowe Gelem Dadi Rakyat”


Saya blas ora ngerti , saya kira Pak Modin itu ya Pak Lebe, walah jebulnya singkatan Mobil Dinas. Maklum wong nDeso klutuk.

Lha minggu2 ini, Pemkab Pekalongan lagi diramaikan dengan masalah Pak Modin. Critane pigimana ? Begini. Bu Bupati dan Pak Wakil Bupati, saiki nganggo Modin gressss. Bupatinya pakai Modin Camry Toyota Djepang sing harganya 0,5 milyar . Pak Wakilnya pakai Modin Honda Accord Djepang . jare regane 400-an juta punjul.

Kang Panjul sing dodolan segomegono lesehan, sing mangkal nang Pasar Mbabrik Ngkajangan gumun “ lho ..? Bupati sama Wakile kan wis ngannggo mobil, lha mobilnya sing mbiyek dikapakke ? “

“Y o mbuh ! kok takok karo aku !” jawab Rahit Pitut tukang becak .

“ Takok bae ra karo Bupatine “ sambung Nju Sripah bakul sego pindang tetel.

“ Kowe kuwi mesti ketinggalan sepur, Ketua DPRD-re yo wis suwi sih, nganggo Honda Taufic” sambung Ali Kuping , bakul sayur.

“ Taufic sopo, Honda kok Taufic. Taufic kuwi kan anake Kaji Soleh” kata Sripah

“ Honda Civic Accord” tegas Rahit Pitut

Gumunnya para rakyat dibawah yang nggak ngerti apa2 ini, juga jadi gumumnya para elite Partai , Ormas dan LSM.. Sekretaris PKB Kab.Pekalongan , mempertanyakan tentang pembelian Modin, demikian juga Ketua PC NU Kab.Pekalongan. “ Nggak punya sense of crisis” kata Ketua NU.

Pimpinan LSM, juga godeg2. Karepnya itu gimana. Wong rakyatnya lagi pada susah, kok Bupati dan Wakilnya dan Ketua DPRD-nya , gaya pakai mobil mewah. Kalau uang beli mobil itu diperuntukkan untuk kebijakan2 yang menyejahterakan rakyat , kan lebih baik. Nggak usah gayalah, kata Pimpinan LSM.. Jangan model BOGOR, biar tekor asal kesohor !

Sebelum masalah Modin ini muncul di publik , secara langsung dalam diskusi yang diselenggarakan FASTABIQ INSTITUTE Muhammadiyah Kab.Pekalongan, tanggal 21 Juli 07 yang lalu, Ketua Muhammadiyah Kab.Pekalongan sudah memberikan sinyal, bahwa Kab.Pekalongan perlu meniru Kab.Jembrana Bali. Daerah paling misikin di Bali, dengan PAD 11,2 milyar, penduduknya 257 juta dan APBD-nya hanya 259 milyar, tapi policy2nya benar2 pro Rakyat. Sekolah dari SD sampai SMA gratis SPP. Rakyat suntik dan beli obat gratis. KTP gratis dan masih banyak kebijak2nya yang pro Rakyat. Dan Pak Bupatinya I Gde Winasa yang dokter gigi (untu), modin-nya hanya TOYOTA HARDTOP 1978. . Opo ora por !

Kenapa Pak dokter untu Winasa begitu hebat ? Ketua Muhammadiyah Kab.Pekalongan menjelaskan, resepnya gampang. Priye ? “Ngko ndisik aku pak udud ” , kata Pak Ketua Muhamamadiyah. Setelah rokok Sukun-nya habis. Dia berceritera. “ Pak Bupati Winasa begitu pro rakyatnya, resepnya hanya satu “ Dia setiap hari berhasil mengalahkan “ hawa nafsunya”
( Hawa = kepentingan dan Nafsu = diri sendiri). Dia setiap hari berperang melakukan “jihad akbar”. Dan ketika hawa nafsunya bisa ditaklukkan, yang menang adalah Hawa Ummat
( Kepentingan Rakyat). Pak Winasa (meskipun di orang HINDU )merasakan benar apa yang dikatakan Kanjeng Nabi Muhammad SAW, bahwa berperang melawan hawa nafsu adalah perang besar ( Jihad Akbar).

Pak Ketua Muhammadiyah meneruskan. “Kenapa para Bupati , Walikota dan Pak Gubernur yang notabene telah berkunjung ke Jembrana, untuk ngangsu kaweruh atas keberhasilan Jembrana sebagai daerah yang paling berhasil dalam mengetrapkan OTDA, ( 300 Kab dan Kota dan 10 Propinsiti telah berkunjung ke Jembrana) )tidak berhasil mengetrapkan kebijakan2 seperti Jembrana, jawab-e gampang lhour , Pak Bupati, Pak Wali dan Pak Gub, belum berhasil mengalahkan Hawa Nafsunya “

Jadi persoalannya bukan daerah Miskin atau daerah Kaya, tapi muskila kabirnya (masalah besar) hanya HAWA NAFSU tok lhour. Selama Hawa Nafsu mengalahkan Hawa Ummat jangan harap kebijakan2 Pemda akan Pro Rakyat.

“Lha kalau begitu terus pigimana” kata Ngkoh Tjun Hwie Kedungwuni

“ Bonggan kowe gelem dadi Rakyat “ ….. “ Ah ente ! “ <>


Pasar Sentiling


Saya mau ngobrol tentang kota saya, Kota Batik Pekalongan, tanah air ente dan ana !Bagi wong ngKalongan kuno ( lahir dibawah th 1960 ) pasti ingat Pasar Senteling. Pasar Legendarisnya kota Pekalongan. Letaknya ditengah2 kota, dijalan Sultan Agung. Gapuranya yang antik dengan arsitek khas Londo. Saya yang tinggal di Pekajangan ( 8 km dr Pekalongan), setiap hari libur Jumat pasti wisata ke Pasar Senteling. Biasanya dengan bersepeda "Jengki", sebelum ke Ps Senteling mampir dulu di Toko Buku Bapaknya Abdurahman Saleh Jaksa Agung, namanya Toko Buku Raja Murah, berdampingan dengan Toko Kopiah Raja Obral, dijalan Keplekan ( Hayam Wuruk).Wan Saleh,bapaknya Rahman Jaksa Agung ,orangnya hangat dengan kaos oblongnya Cap Lombok dan bersarung Fulikat Kotak Sembilan kita ngobrol ngalor ngidul ,sambil lihat2 buku . Setelah selesai biasanya tidak lupa mampir ke Toko Baljun ,toko Olah Raga dan Alat2 Musik , toko itu milik ayahnya Ama' Baljun yang dramawan itu..Wan Baljun sang Bapak , pemain legendaris Ps.Al Hilal, Tendangannya jangan tanyaklah. Sepertinya tendangannya Beckham yg sekarang polupler itu, (jangan2) meniru tendangannya Wan Baljun.Bahkan saking populernya "sekitan" / tendangan Wan Baljun, diabadikan dikaca tokonya dengan gambar Wan Baljun lagi "nyekit"/nendang bola. Sambil pakai sarung, biasanya Ama' Baljun sehabis pulang sekolah, menunggu tokonya dipojok Jalan Hayam Wuruk. Suatu ketika saya mau beli Guitar model ELPIS (Elvis), sambil Guitar itu saya pegang2 dan saya mainkan, Ama' Baljun bilang " Guitar ini suaranya masya Alloh, anda petik senarnya, gaungnya sampai Ps. Senteling....". Ngga Percaya ? Saya petik senarnya ente lari cepat ke Ps.Senteling " Kalau nggak sampai gaungnya nggak usah dibayar ! Hebat kan !"Setelah kedua toko itu kita kunjungi , barulah kita ramai2 menuju Ps.Senteling. Pasar yang indah , artistik yang menyimpan sejuta kenangan.Dipasar yg artistik dan nyaman itu, puluhan makanan khas Pekalongan tersedia. Taota ayam Pak Jo, Taoto Tjarlam, Gado2 Amat, Lontong Ngglebed Pak Nur, Gado2 asli Pekalongan Pak Tarjo, Lontong Ayam Pak Badrun....... Kios2 batiknya juga ngangeni. Kios Batik dan Sarung Kaji Tuhri, Babah Mbing, Tukang harloji dan kocomoto Mastur. Sambil ngisep rokok Sukun biasanya kita ngobrol dikios2, sambil lihat lalu lalangnya orang dipasar. Dan tidak lupa biasanya kita nonton permainan Ularnya Kassan, penjual obat.
Kenangan indah itu tamatlah sekarang. !!Atas nama moderenitas Pemkot Pekalongan membuldozer Pasar Senteling (2000). Ratusan pedagang2 kecil terputus mata rantai marketnya. Padahal mata rantai marketnya dibangun oleh mereka bukan 1-2 tahun tapi puluhan tahun. Sehingga kalau kita mau belanja batik atau sarung, pastilah sudah tau dan langsung ketempatnya Pak Haji Tuhri atau Babah Mbing. Fanatisme pelanggan inilah yg mereka bangun puluhan tahun. Tp ya itu tadi karena katanya demi moderenitas, pasar sudah kumuhlah dll. pasar legendaris itu perlu dan penting untuk dirobohkan. Masalah ini menjadi "penyakit" Walikota/Bupati dimana2, bahwa apabila, jikalau akan habis masa jabatannya, ditangunggung dan pasti dibangun Mall, katanya tuntutan jaman (yang bener aja ) moderenitas atau komisi ? Contoh kasus banyak hal ini terjadi di Jawa Tengah.Mereka lupa, bahwa policy itu mendholimi pedagang2 pasar yang berada didalamnya.Sekarang ? kita tidak tahu lagi dimana kiosnya H.Turi, Babah Mbing, Opor Ayam Badrun. Mereka tergusur, karena tentu saja tidak mampu nebus kiosnya. ,bahkan sekarang 1400-an kiosnya tutupLengkaplah sudah "derita" saudara2 kita warga Pasar Legendaris Senteling, mereka pada mrebes mili. Oh... Sentelingku .... !