Saturday, June 9, 2007



Semalam Di Cuba


Prolog : Cerpen ini ditulis dan dikirim oleh bocah Ngkajangan ,arane Andre Tukung, nama generiknya Adhigama Gurun Farid II. Lahir di Ngkajangan besar di Keritjayan Buaran. Sekolah SD dan SMP Muhammadiyah di Pekajangan. Kemudian dalam rangka memperluas radius pergaulan sosialnya, agar bersentuhan dengan teman2nya yang berbeda2 kultur, baik teman2 dari putra putri petani, pegawai negeri, dia Nyantri di Kajen, SMA Negeri Kajen. Setelah menamatkan Bussines School di IPMI jakarta (S 1)dengan spesialisasi Marketing, September ini, dia bermimpi akan mengikuti jejak kakaknya, Antariksa Farid II nyantri di Amerika mengambil Master dibidang Marketing di Texas A&M University USA. Selamat menikmati " Semalam di CUBA "
*****
Akhirnya kupijakkan kakiku di Cuba. Tanah rebellion, saksi bisu kemenangan Che dan Castro atas Fulgecio Baptista, kemenagan para rebellion-revolusioner, kemenangan rakyat atas tumbangnya tirani! Bagai mimpi di terik mentari, siang panas sungguh dahaga. Kemarin aku punya rencana ke Bali, berkunjung ke Electro Hell. Terbawa ke Thailand, mampir ke Golden Triangle—ladang ganja yg sangat luas—hingga aku bertemu Diego, akrab, bersahabat, orang yg menemani hari-hariku di negaranya Fidel Castro.

Malam ini berbeda seperti malam sebelumnya. Aku tdk lagi berkeliling kota tapi aku mengunjungi tempat-tempat bersejarah para rebellion-revolusioner, diantarnya adalah Mr. Che Guevarra dan Mr. Fidel Castro. Aku terkejut, sama seperti saat aku kesetrum kable USB di rumah, aku dibawa Diego ke sebuah lapangan? entah hutan? entah rimba? I don’t know exactly, tapi benar adanya aku berada di sebuah tempat bersejarah. Tanah ini saksi bisu tentara gerilyawan Che dan Castro memenangkan pertempuran atas pasukan battalion Fulgecio Baptista.

Antara percaya dan tidak, seperti saat aku pertama kali bisa jalan didepan Ayah dan Ibuku. Tapi mudah bagiku untuk percaya, krn kakek Diego adl salah satu pasukan gerilyawan dibawah komando Mr. Fidel Castro, hebatnya lagi dlm 55 kali pertempuran kakek Diego tdk pernah tertembak sekalipun.

“Demikianlah sobat kecilku, aku adalah pasukan Divisi II dibawah komandan Castro. Kalo engkau tdk percaya datang ke istana Castro tanyakan apakah dia kenal Gelio Sarossa? Pasukan divisi II, senjata AK 47 bertopi baret?” ungkap Mr. Gelio sembari menghisap cerutu yg katanya pemberian Castro.

Poto-poto drinya bersama Che dan Castro terpajang di dinding-dinding tembok rumahnya. Bahkan terpajang poto ketika Che Berpidato didepan rakyat Cuba atas kemenangannya ia nampak di belakang Che. Gagah memang Mr. Gelio muda membawa ingatanku pada mendiang kakek. Meski harus saling berkejaran dgn usia, raut wajah beliau nampak semangat, spirit of live nya masih begitu tinggi, sense of rebellionnya masih terpancar diantara dua bola matanya.

Belum ada satu jam aku menikmati suasana hutan bersejarah itu, kini aku tengah berada dlm perjalanan menuju kedai kopi “Dominoz”. Kata Diego dan kakeknya bahkan orang2 sekitar kedai kopi ini adalah salah satu tempat bersejarah. Che dan Castro sering minum kopi di “Dominoz” sekedar ngobrol-ngobrol sampai mengatur strategy untuk berperang menumbangkan tirani! Terkejut, lagi-lagi aku terkejut kali ini lebih mirip ketika melihat jutaan bintang di langit berteman akrab dgn cahaya rembulan penuh sempurna. Poto-poto Che dan Castro serta poto-poto pasukan gerilyawan benar2 tertata rapi disetiap sudut ruangan kedai kopi itu, it’s fucking amazing. Gak pernah nyangka gw bisa sampai ke tempat ini, liburan semester ini benar-benar akan jadi moment bersejarah untuk kehidupanku selanjutnya. Setidaknya ini bisa membangkitkan sense of rebellion dan sense of revoluisonerku mencapai angka 100%.

Di kedai kopi itu aku memesan “Black Flamento” kata baristanya (pembuat kopi) minuman itu kesukaan Che dan Castro, mereka mempunyai selera yg sama about coffee but different about cigarette (cerutu). Diambilkan dua buah cerutu untukku, satu kesukaan Che dan satunya kesukaan Castro. Kuambil dua2nya, kuhisap dua2nya aku tahu ini tak akan habis tapi rasa penasaran yg begitu tinggi bercampur sugesti siapa tahu setelah menghisap dua cerutu ini akan muncul new Castro dan new Che yg mempunyai dedikasi tinggi terhadap kaum murba? Menjadikanku melupakan segalanya. Tapi memang berbeda rasa kedua cerutu itu, yg kesukaannya Che terasa lebih keras dan langsung nendang ke paru-paru.

Malam semakin hitam, hembusan angin semakin tajam. Saatnya kembali ke hotel. Dan seperti malam2 sebelumnya Diego enggan menginap di hotelku tanpa memberikan alasan. Sumpah ini benar-benar gila, gak pernah terpikir olehku untuk sampai ke Cuba, mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan bertemu dgn Mr. Gelio Sarossa eks pasukan divisi II. Seiring kutatap langit-langit kamar, seiring pula mataku terpejam. Kali ini bukan sinar mentari yg keluar dari ufuk timur yg membangunkanku tapi rasa lapar yg mencengkramku. Segera ku turun ke lobi hotel untuk cari makan. Tapi pasti akan seperti kemarin aku gak doyan masakan Cuba, dan yg terjadi bukan kenyang tapi malang!. Segera kuhampiri room boy yg tengah berjalan kira-kira 3 meter tepat di depan mataku.

“Excuse me, can you let me know about MacDonald’s corner around here?
“What??!!” (mimik muka kesal, bingung rada marah)
“Km pikir ini Berlin, bisa dgn mudah mendapatkan outlet2 McD?” Jawab room boy itu dgn nada kesal.
“oke-oke, I am sorry” Balasku.

Segera kuangkat kakiku untuk kembali ke kamar. Berharap Diego cepat datang, krn aku tdk bisa menghubunginya, he doesn’t has a mobile phone. Pasti krn kapitalisphobia! Belum lima menit kubawa otakku kedlm kondisi kosong. Tiba-tiba terdengar suara tembakan beruntun, der..der..der..der..der..der! dari segala penjuru. Oh shit!! What the hell is happening?aku yakin itu suara senapan M-16. Disusul tembakan yg diulang-ulang dan pasti itu AK-47. oh my God.. save me God.. save me. Diego dimana km?cepet datang! Tolong!.. Tolong! Ini pasti ulah milisi bersenjata yg tengah berseteru dgn pasukan Castro!, pikirku. Namun setelah kuintip dari jendela dugaanku salah!, mereka tentara Cuba yg menyerang hotel ini!. Ada apa dgn hotel ini?! Oh shit!! Aku gak mau mati konyol disini! Tolong! Aku berpikir untuk menelpon Castro minta pertolongan, aku tahu nomer telepon Castro dari Gelio, tapi Castro tdk mengenalku bahkan bertemu pun belum pernah! Sulit bagi Castro untuk mudah mempercayaiku! Tolong!

Berpikir untuk menghubungi Mr. Hugo Chaves, frontman Venezuela. Berniat mennghubunginya krn dia sahabat mendiang kakek saya. Mr. Chaves dulu satu kelas dgn mendiang kakek saya saat duduk di bangku Taman Kanak-Kanak. Taman Kanak-Kanak itu bernama “TK Gerlyawan”. Kata ayah saya dulu Mr. Hugo Chaves pernah mengendong saya saat masih bayi berkeliling kota Pekalongan, makan di “Sego Sotong Usman” (Usman adalah PKI golongan 2) ketika berkunjung ke Pekajangan dlm rangka silaturahmi dgn Kakek saya. Akhirnya kuputuskan untuk menelponnya. Der..der..der.. dor! DOUM! Suara ledakan terus terjadi.

“Halo? Mr. Hugo Chaves?”
“Halo? Who is speaking?”
“I am adhi, Mr., Cucunya Kakek Djumhan”
“Hmmm.. yeh I know.. so where..”
“Saya dlm bahaya Mr. Saya di Cub..” (der..der..der..! der..der..der..!)
“Ada suara tembakan dmana km??!!”
“Saya di Cuba, di Hotel Capitol, tentara Cuba menyerang hotel ini!”
“Oh my God.. shit! Itu hotel milik pengusaha Amerika, hotel itu memang sudah direncanakan akan di hancurkan”
“Tolong saya Mr.”
“oke..oke saya akan menghubungi Castro.. keep yourself kids”

Belum pembicaraan ditelephone usai, alat peluncur roket menghempas ke arah kamarku. Menghancurkan semua yg ada, hitam kelam tak bertuan, gelap bimbang melayang tak terarah. Aku terbang kearah hitam pekat tak bersekat. Lalu kudapati diriku terhempas di sebuah tempat tidur memegang bed cover berlukiskan Uncle Marley. Kutolehkan pandanganku ke arah kiri, kuliat poto diriku terpajang bersama kakak2ku dan orang tuaku, kuarahkan mataku ke ujung dinding dekat lemari, kujumpai potret diriku bersama sahabat2ku, ku paksakan mataku ke arah dinding dekat jendela kuliat poto dirku memegang stick drum. Akhirnya kutengadahkan mataku menatap langit-langit kamar, menuju satu sinar. Sinar lampu yg semalam aku lupa mematikannya. <>

No comments: