Kamu Tau, Tapi Pura2 Tidak Tau, Karena Kamu Ada Mau
syndrome democracy grey zone
Banyak perbincangan dlm diskusi2 baik di MediaCetak, TV. Ceramah2 yang menampilkan para ahli (katanya) , ahli politik, ahli ekonomi, dan ahli2 yang lainnya, (Yg jelas bukan ahlinya teh Botol Sosro) , berbusa2 mengkritik Pemerintah . Kata para ahli " Pem tdk becus, rakyat menderita. Pengangguran bertambah. Ekonomi sektor riil mati suri, dan bla bla bla. Mereka seolah2 berdiri dan berteriak membela rakyat. Bahkan yg fantastis ada ahli dari Lembaga yg dulu sebagai think thanknya ORBA, teriak paling kenceng mengkritik Pem dan bahkan ORBA, yg notabene mereka adalah arsiteknya. Kata orang bodoh seperti saya, itu namanya Teriak Maling Teriak, sorry terbalik " Maling Teriak Maling ".
Rakyat susah. Ekonomi Riil mandeg. Pengangguran bertambah. Bukan karena Pemerintah, bukan karena Banknya nggak mau ngucurkan kredit (lebih baik ke SBI), Bukan karena SBY ( Selalu Bingung dan Ragu ). Bukan ! Saya pikir sampeyan sudah tau , tapi ya... itu, pura2 tidak tahu. Reformasi itu benar2 telah membuat Repotnasi. Demokrasi itu hanya penting untuk sampeyan, tapi Rakyat tidak butuh yang dimau hanya Nasi ! Wong GNP-nya baru 1500 kok berani2nya numpak Demokrasi. Sabarlah, kalau sudah 7500 GNPnya silahkan numpak Demokrasi. Saya tahu, kalau tidak sekarang sampeyan numpak Demokrasi, sampeyan tidak bisa pesta pora, meskipun Rakyat menderita. Kata orang bule Thomas Carroher, dalam Journal Democracy, - studi yg ia lakukan terhadap 150 negara,- pd negara yg memiliki GNP yg belum memadai, namun negara tsb. numpak Demokrasi, yg terjadi adalah munculnya BANDIT2 ELITE, mereka berpesta pora atas penderitaan Rakyat. Bandit2 tsb, kata Thomas, berbaju sebagai Pimpinan2 Parpol, Pimpinan2 Pemerintahan, Anggota2 DPR, Penggiat2 Demokrasi (LSM). Suasana kebatinan tsb, dinamakan sebagai Syndrome Demokrasi Abu2.
Su'udhon saya, bukan tidak mungkin, karena kebodohan mereka yg sok Demokrasi, kita tidak sadar, bahwa suasana Negera kita seperti sekarang ini, adalah bagian dari disain besar USA dan sekutu2nya. Indonesia yg kuat, sangat ditakuti. Karena letaknya yg strategis ( geopolitik), Rakyatnya mayoritas Muslim, terbesar didunia. Dan memiliki modal keberanian yg sulit diprediksi, ygt bisa2 mengganggu / menyulitkan USA dan sekutu2nya. Oleh karena itu, agar RI porak poranda, didorong2lah -dg berkolaborasi dg Tokoh2 Demokrasi lokal- RI masuk dalam wilayah Demokrasi. USA dan sekutu2nya tau, hanya dg Demokrasi - tdk usah dg kekuatan senjata - pada tingkat GNP yg belum memadai , pelan2 RI pasti hancur lebur ! Dan terbukti kan ?!
Dalam konteks suasana seperti ini, Vladimir Putin (Russia), adalah orang yang tau dan sadar. Setelah Uni Sovyet, terpecah belah akibat Demokrasi, dan Rakyatnya hidup susah, bahkan orang2 Komunis menggeliat menuntut diberangusnya Demokrasi yg membuat hidup susah dan memudarnya Nasionalima Sovyet, Putin " kebelakang". kembali membawa Russia kedalam domain otoriter. Demokrasi tetap, tapi hanya prosuderal. Pak Putin tidak segan2 "menyetip", oposan2 yang mengganggu. Ingat kasusnya ANNA POLITKOVSKAYA redaktur Harian Isveztia
yang tiba2 ditipex ketika mau masuk kantornya pagi hari. Alex Litvinenko, mantan KGB, yang menjadi bandit dan kaya raya, tinggal di London, dikasih arsenic ketika makan malam bersama orang2nya Putin, dan Kodorsky, konglomerat Russia, yang kaya raya yg diuntungkan karena demokratisasi di Russia, dijebloskan ketahanan dengan tuduhan manipulasi. Hasilnya, Russia stabil, ekonomi menggeliat, investasi jalan, rakyat menuju kekesejahteraannya. Hutang IMF dibayar lunas, dan Cadangan devisanya terbesar no 3 didunia. Dia bisa tegas dan keras, karena suasana sosial politiknya mendukung. Lha kalau kita ( Pemerintah )mau tegas, jangan2 diterikin : melanggar HAM lah, memberangus kebebasanlah dan lah lah yang lain.
Aku taulah, karena kamu ada Mau. Biar Rakyat menderita yang penting Aku .... Aku Makmur... Aku bisa berkorupsi jamaah. Emangnya Rakyat Gw Pikiran ? Enak Aja.